blog-img

Duta Harmoni Calon Inisiator dan Motivator Muda Nasional Moderasi Beragama MAN IC Kota Kendari

Admin | Pendidikan |

Duta Harmoni Calon Inisiator dan Motivator Muda Nasional Moderasi Beragama Tahun 2021 bekerja sama dengan Pengurus Remaja Masjid Al Islah MAN Insan Cendekia Kota Kendari selenggarakan kegiatan Seminar Moderasi Beragama Tahun 2021.

Duta Harmoni Moderasi Beragama merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dalam rangka memberikan penguatan pemahaman moderasi beragama bagi siswa Madrasah. Kegiatan yang bertujuan memberikan penguatan pengembangan karakter siswa madrasah dalam moderasi beragama yang diperuntukkan bagi siswa-siswi Madrasah Aliyah se- Indonesia Tahun 2021 mengambil tema: Duta Harmoni, Duta Hebat Bermartabat, Moderat dan Anti Korupsi.

Melalui sambutannya, Wakamad Sarana dan Prasarana yang bertindak selaku PLh. Kepala Madrasah, Lisnasari menyampaikan bahwa seluruh Civitas Akademika MAN Insan Cendekia Kota Kendari merasa sangat bangga dan bersyukur karena salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI yaitu pemilihan Duta Harmoni Moderasi Beragama tahun 2021, telah menempatkan Najla Khaulah Safinatunnajah dari MAN Insan Cendekia Kota Kendari sebagai salah satu dari 50 Calon Inisiator dan Motivator Muda Moderasi Beragama yang sekaligus akan mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara di tingkat Nasional setelah dillakukan tahapan seleksi dari 751 peserta SMA/MA/SMK se- Indonesia.

Lebih lanjut Lisnasari menyampaikan bahwa salah satu kegiatan yang digagas oleh Duta Harmoni Calon Inisiator dan Motivator Muda Moderasi Beragama Tahun 2021, Najla Khaulah Safinatunnajah, siswa Kelas XII IPA 1 bekerja sama dengan Pengurus Remaja Masjid Al Islah MAN Insan Cendekia Kota Kendari adalah kegiatan Seminar Moderasi Beragama. Oleh karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan Seminar Moderasi Beragama dan berharap kepada seluruh siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan baik. Semoga capaian prestasi dari ananda Najla Khaulah Safinatunnajah dapat menjadi motivasi bagi siswa MAN Insan Cendekia Kota Kendari lainnya untuk terus berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik, tutupnya.

Kegiatan Seminar Moderasi Beragama yang berlangsung di Aula MAN Insan Cendekia Kota Kendari pada 5 Oktober 2021 diikuti oleh seluruh siswa MAN Insan Cendekia Kota Kendari. Siswa kelas XI dan kelas XII mengikuti kegiatan tersebut secara tatap muka, sementara siswa kelas X mengikutinya secara daring melalui aplikasi meeting zoom.

Kegiatan tersebut mengangkat Tema "Membangun Atensi terhadap Pluralisme Beragama" dengan menghadirkan 3 (Tiga) Narasumber yang memiliki latar belakang pengetahuan agama yang berbeda yaitu: Pertama, oleh Ustadz Agustan, S.Pd.I, Guru MAN Insan Cendekia Kota Kendari dengan pokok pembahasan terkait "Sudut Pandang mengenai Tema dan Toleransi dalam Agama Islam". Kedua, oleh ibu Dian Amba, Guru Agama Kristen Protestan pada SMP Oheo di Kab. Konawe Utara dengan pembahasan terkait "Sudut Pandang mengenai Tema dan Toleransi dalam Agama Kristen Protestan". Dan ketiga, oleh Ni Luh Adi Lestari, S. Pd, Guru Agama Hindu pada SMAN 11 Konawe Selatan dengan pembahasan terkait  "Sudut Pandang mengenai Tema dan Toleransi dalam Agama Hindu".

Menurut Agustan bahwa moderasi dalam pandangan Islam hanya dapat diaplikasikan melalui sikap terutama dalam menyikapi keragaman (pluralitas) sebagai suatu Sunatullah yang terlahir dalam suatu keberagaman. Moderasi dilakukan sebagai bentuk sikap manusia sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Moderasi beragama dapat diwujudkan dalam bentuk sikap toleransi yaitu suatu konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan sudah ada sejak Islam itu ada. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan dan bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Artinya bahwa, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar.

Agustan juga menyampaikan bahwa sikap toleransi sangatlah penting sebagai alat pemersatu bangsa. Tanpa adanya toleransi, kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini tidak akan pernah bersatu. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemanjemukan yang cukup tinggi. Sebagai bangsa yang memiliki suku, budaya, dan bahasa daerah yang cukup banyak dan beragam, maka sangat dibutuhkan sikap toleransi yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap orang harus saling mengerti dan memahami akan arti perbedaan. Namun fenomena yang terjadi akhir-akhir ini masih banyak terjadi gejolak sosial yang timbul dari akibat kurang bisa menegakkan sikap toleransi, khususnya sikap toleransi antarumat beragama. Toleransi merupakan bagian dari visi teologi Islam yang sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antarumat beragama, tutupnya.

Selanjutnya, menurut ibu Dian Amba bahwa toleransi beragama adalah sikap bersedia menerima keanekaragaman dan kebebasan agama atau kepercayaan yang dianut dan dihayati oleh pihak atau golongan lain. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan atau eksistensi suatu golongan, agama, atau kepercayaan, diakui dan dihormati oleh pihak lain. Agama Kristen Protestan mengajarkan bahwa aspek kerukunan hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al- Kitab. Menurut agama Kristen Protestan, Kasih adalah hukum utama dan yang terutama dalam kehidupan orang Kristen.

Toleransi merupakan modal utama untuk dapat hidup berdampingan di tengah masyarakat yang majemuk. Gereja Tuhan sebagai bagian dari masyarakat plural wajib mempraktekkan dan menghidupi pengajaran dan teladan Tuhan Yesus Kristus. Toleransi adalah nyawa kerukunan hidup yang harus mendapatkan porsi maksimal dalam pengajaran dan praktek kehidupan dalam melakukan interaksi sosial. Toleransi yang dipahami sebagai tolerantia, berarti memberi kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Sebab itu, dapat dipahami istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan terhadap orang lain yang memilliki perbedaan pandangan dan keyakinan, tutupnya.

Sementara itu, Ni Luh Adi Lestari juga menyampaikan bahwa moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Agama tidak boleh di moderasi karena pada hakekatnya Agama itu moderat dan diturunkan ke bumi untuk mewujudkan kedamaian dan keteraturan. Yang perlu di moderasi adalah cara manusia memahami dan mengamalkan ajaran agama.

Spirit moderasi Hindu yang paling mampu mewadahi semua pemikiran, pemahaman, dan pengamalan keagamaan dengan berbagai kualitas manusia ditemukan dalam catur marga, yaitu karma (tindakan), bhakti (pemujaan), jnana (pengetahuan) dan raja marga (spiritualitas). Keempat jalan ini tidak saja mengakomodasi perbedaan umat Hindu dalam pemikiran dan praktek keagamaan, tetapi mengisyaratkan  makna universal dalam konteks perbedaan agama-agama. “Jalan apapun yang ditempuh manusia menuju kepada-Ku, semuanya Aku terima. Dari jalan mana pun sesungguhnya mereka menuju-Ku, Oh Parta”.

Oleh karena itu, Ni Luh Adi Lestari menyimpulkan bahwa moderasi beragama diperlukan karena sikap ekstrem dalam beragama tidak sesuai dengan esensi ajaran agama itu sendiri. Perilaku ekstrem atas nama agama juga sering mengakibatkan lahirnya konflik, rasa benci, intoleransi, dan bahkan peperangan yang memusnahkan peradaban. Moderasi beragama adalah upaya mengembalikan pemahaman dan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya, yakni untuk menjaga harkat, martabat, dan peradaban manusia, bukan sebaliknya. Agama tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang justru merusak peradaban, sebab sejak diturunkan, agama pada hakikatnya ditujukan untuk membangun peradaban itu sendiri

Sebagi kesimpulan dari ketiga Narasumber tersebut sepakat menyampaikan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang memiliki latar belakang kebhinekaan, sangat diperlukan adanya sikap yang mengedepankan toleransi dan saling menghargai perbedaan sehingga dapat terwujud kehidupan yang rukun dan harmonis guna memperkuat dan memperkokoh integrasi dalam masyarakat. Bagi Bangsa Indonesia, keberagaman merupakan kehendak Allah SWT. Keragaman tidak diminta melainkan pemberian oleh sang Maha Pencipta yang bukan untuk ditawar melainkan untuk diterima. Oleh karena itu, bagi bangsa Indonesia, dalam konteks dan konsep moderasi beragama menjadi sangat penting untuk dijadikan sebagai suatu cara pandang atau perspektif di dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Populer

blog-featured-img
Siswa MAN Insan...

Kendari (Humas Sultra) --- Salah...


blog-featured-img
MAN IC Kota...

Dua Siswa MAN Insan Cendekia Kota...


blog-featured-img
Profil Singkat MAN...

Seperti dikutip dari situs resmi LTMPT, MAN IC Kendari menjadi sekolah terbaik di Sulawesi Tenggara berdasarkan total nilai UTBK masuk...


blog-featured-img
Alumni Angkatan III...

Salah seorang siswi MAN Insan...


blog-featured-img
Siswa MAN IC...

Kendari (Humas Sultra) --- Duta Harmoni...


Leave a Comment